Untuk hati yang masih disini,
Maafkan nafsu yang tidak bisa
mengendalikanmu, maafkan nafsu yang mengganggu pikiran, maafkan nafsu yang merubah sikap. Hati
yang tidak tahu apa-apa diterpa angin yang berlarut-larut. Awalnya memang masih
kukuh, tapi kelamaan angin itu makin menggoyahkannya. Sampai akhirnya hati ini
benar goyah namun diri tidak menangkap sinyal goyah ini, sial.
Kenapa di saat hati telah goyah,
tidak ada hal yang bisa menangkap sinyalnya?
Kenapa untuk menyadari bahwa hati
ini goyah pun bahkan tidak ada kesempatan?
Kenapa
untuk sekedar menyadari bahwa hati memang goyah pun pikiran menolak?
Duhai hati, masih pantaskah Allah
masuk ke dalam shalat, sementara di dalam dirimu penuh oleh perasaan yang
mengungkung iman?
Duhai hati, apakah kau percaya
bahwa hati yang telah lalai masih dapat berpikir rasional?
Duhai hati, bisakah kau jelaskan
penyebab dirimu yang jatuh kini?
Duhai hati, siapakah sebenarnya
pemilikmu dan mengapa engkau berkelana ke tempat-tempat lain padahal belum
waktunya Allah panggil?
Ukhti fillah, kita adalah wanita.
Dan wanita dikaruniakan kemuliaan yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Kau
tahu apa yang membuat Rasul tak bisa melupakan Khadijah? Atau Ali yang sangat menjaga
perasaannya demi cintanya kepada Fatimah? Lalu apa yang membuat Aisyah dan
Hafsah begitu istimewa? Jawabannya satu, karena mereka menjaga kemuliaannya.
Setiap wanita dilengkapi dengan
kemuliaan diri. Semakin ia menjaga diri, semakin indah kemuliaannya. Dan tak
ada satu hal pun di dunia ini yang bisa menolak untuk kagum pada wanita dengan
kemuliaan yang tinggi. Marilah kita jaga izzah (kemuliaan) yang Allah
anugerahkan pada kita. Betapa beruntungnya kita, ukhti J
Ya, lalu bagaimana cara menjaga
izzah? Mari kita jaga organ tubuh yang berpotensi merusak izzah. Mata,
jinakkanlah ia dengan menundukkan pandangan. Lisan, perindahlah ia dengan
zikir, atau paling tidak diam dari pembicaraan yang tidak bermanfaat. Hati,
usirlah perasaan yang mengganggu istiqomah dengan istighfar dan obati dengan
ayat-ayat cintanya Allah. Sikap, minimalkan sikap yang terlalu berlebihan dan
cobalah untuk bersikap anggun.
Walaupun kita tidak sebaik
Khadijah, Aisyah, Asiyah, dan Fatimah, tapi dengan berusaha menjadi seperti
mereka berarti kita telah memiliki kemuliaan yang tangguh. Insya Allah :’)
Allah tidak pernah membiarkan hambaNya sendirian di jalan hijrah. Ketika kita
tertatih mendekatiNya, Dia menyambut kita dengan tuntunan hangat. Ketika kita
berjalan mendekatiNya, Dia berlari menjemput kita. Dan ketika kita berlari
menuju ridhaNya, Dia terbang memeluk kita.
Karena kita hari ini adalah ulat
bulu yang buruk, tapi selalu ada kepompong untuk mengubah kita menjadi
kupu-kupu bersayap indah di hari esok J
Pengagum Aisyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar