Nama : Amrina Rosyada
Kelas : X.3
Cara Kerja Televisi :
- Setiap piksel terdiri dari kolom molekul kristal cair yang tergantung diantara dua elektroda transparan dan 2 filter polarisasi. Sumbu dari filter polarisasi berbentuk tegak lurus satu sama lain. Tanpa kristal cair diantara kedua filter polarisasi tersebut, maka sinar yang melewati satu filter polarisasi akan diblokir / ditahan oleh oleh filter polarisasi yang lain. Kristal cair akan bergerak memutar sehingga memungkinkan filter polarisasi yang satu bisa menerima dan dilewati oleh cahaya.
- Kristal cair mengandung molekul - molekul yang
bermuatan listrik dimana muatan - muatan listrik tersebut akan mengenai
elektroda transparan melewati setiap piksel ataupun sub piksel dimana
molekul - molekul tersebut akan digerakkan berputar oleh
energi elektrostatik. Gerakan ini akan menyebabkan cahaya bergerak
melewati molekul sehingga akan terjadi penerusan ataupun penahanan cahaya
untuk melewati filter polarisasi.
- Sebelum memiliki muatan listrik, molekul kristal
cair akan tetap diam. Setelah menerima beban muatan listrik, maka molekul
kristal cair akan menyesuaikan diri dalam sebuah struktur yang heliks.
- Pada beberapa jenis TV LCD, elektroda dapat
memiliki permukaan kimia yang mengandung kristal bening sehingga pada saat
dibutuhkan kristal bening ini adang mengkristal di bagian sudut - sudut
tertentu. Sinar yang telah melewati satu filter akan diputar melewati
kristal cair sehingga bisa lolos melewati filter yang kedua. Sejumlah
kecil cahaya yang diserap oleh filter polarisasi akan diperbanyak
jumlahnya secara transparan.
- Ketika elektroda diberi muatan listrik, maka
molekul - molekul kristal cair akan menyesuaikan dengan medan listrik
sehingga membatasi rotasimasuknya cahaya. Dengan mengontrol rotasi kristal
cair pada setiap piksel, maka cahaya cahaya bisa diteruskan dalam jumlah
yang bervariasi untuk menghasilkan gambar pada layar TV LCD yang
bening.
Cara Kerja Telepon :
Sebelum memahami cara kerja telepon, yuk mengenal dulu
bagian-bagian dari telepon. Telepon saat ini terdiri dari berbagai komponen
yaitu; mikrofon sebagai pemancar (transmitter),
spiker sebagai penerima (receiver),
tombol sentuh (keypad),
duplex coil, hook switch, ringer.
Mikrofon diletakkan di belakang gagang telepon tempat mulut kita bicara.
Mikrofon ini mirip dengan telinga kita loh, dan ia memiliki 14 gendang telinga.
Gendang telinga telepon berupa cakram logam yang tipis yang disebut dengan
diaphragm.
Speaker merupakan penerima suara yang mirip mulut manusia yang bisa
menciptakan nada-nada suara. Nada-nada ini diterima melalui diaphragm.
Duplex coil berfungsi agar suara yang kita keluarkan saat menelepon tidak
sampai ke telinga kita sendiri.
Hook switch terletak pada tempat gagang telepon yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan pembicaraan.
Ringer merupakan speaker untuk mengeluarkan nada saat seseorang
menghubungi kita.
Nah, sekarang sudah tahu kan, bagian-bagian dari telepon? Jadi, bagaimakah telepon bekerja? Telepon bekerja dengan cara mengirimkan gelombang suara melalui arus listrik dalam jaringan telepon sehingga kita bisa berkomunikasi dengan teman-teman kita atau pengguna telepon lainnya. Teman kita akan menangkap getaran elektrik suara kita sebagaimana suara yang didengarnya.
Saat kita berbicara di telepon, kita mengeluarkan gelombang suara dari mulut. Gelombang suara itulah yang dibawa oleh arus listrik ke teman kita (lawan bicara) di ujung sana. Saat kita berbicara di telepon, gelombang suara akan mengenai diaphragm sehingga diaphragm bergetar. Di belakang diaphragm diletakan sekumpulan kecil butiran karbon yang akan tertekan jika diaphragm bergetar. Ketika butiran karbon tertekan, hambatan listriknya menjadi lebih kecil, sehingga menyebabkan arus listrik mengalir melalui rangkaian telepon.
Getaran diaphragm tergantung besarnya arus listrik yang dikirim
oleh orang yang berbicara melalui mikrofon. Jika kita berbicara keras maka arus
pun kuat dan diaphragm bergetar lebih cepat begitupun sebaliknya jika kita
berbicara lembut diaphragm bergetar lemah. Getaran diaphragm ini akan mendorong
udara yang ada di depannya sehingga tercipta nada-nada suara persis seperti apa
yang kita ucapkan melalui mikrofon. Dan akhirnya suara kita dapat didengar oleh
lawan bicara kita dan begitupun sebaliknya.
Cara Kerja Radio :
Arus listrik yang mengalir pada kawat dapat membuat
arah jarum kompas menyimpang. Fenomena yang diungkap oleh Hans Christian
Oersted ini merupakan pertanda bahwa arus listrik menghasilkan magnet. Dan
terbukti benar bahwa magnet bisa dihasilkan dari arus listrik. Dua buah
kumparan yang dialiri arus listrik akan saling tarik menarik layaknya dua
batang magnit.
Sebaliknya, bila sebatang magnit digerakkan di dekat
kumparan maka listrik akan dihasilkan oleh kumparan itu. Semakin dekat batang
magnet itu ke kumparan akan semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan.
Tetapi sedekat apapun batang magnet itu ke kumparan, tak akan ada arus listrik
dihasilkan bila batang magnit itu diam. Kesimpulannya, listrik menghasilkan
magnit dan magnit menghasilkan listrik. Tetapi hanya magnit yang berubah saja
yang mampu menghasilkan listrik.
Gambar generator listrik sederhana. Batang magnit yang diputar
ditengah kumparan akan menghasilkan listrik. Tetapi
bila batang magnit itu diam (tidak bergerak) tidak akan ada listrik yang
dihasilkan.
Mengubah besarnya (medan) magnit dapat dilakukan secara mekanik, misalnya dengan memutarnya. Batang magnit yang diletakkan ditengah kumparan diputar agar medan magnit yang melintasi kumparan itu berubah, sehingga kumparan akan menghasilkan listrik. Prinsip dasar inilah yang diterapkan pada generator / pembangkit listrik, yaitu mesin yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Mengubah besarnya (medan) magnet juga dapat
dilakukan secara elektronik, yaitu dengan mengalirkan arus listrik (yang
berubah) ke dalam sebuah kawat. Misalkan kawat ini kita sebut konduktor A. Nah
ketika dialiri arus listrik (yang berubah) maka kunduktor A ini akan
menghasilkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah ini dapat
menginduksi konduktor lain, misalkan konduktor B. Konduktor B yang terinduksi
oleh medan magnet (yang berubah) ini akan menghasilkan arus listrik walaupun
antara konduktor A dan B itu terpisah oleh jarak.
Jadi, konduktor B dapat menghasilkan arus listrik
karena konduktor A dialiri arus listrik (yang berubah). Prinsip indukasi
elektromagnetik inilah yang digunakan pada transformator (trafo). Konduktor B
kemudian disebut kumparan sekunder dan konduktor A disebut kumparan primer.
Kumparan sekunder tidak akan menghasilkan arus listrik bila kumparan primer
dialiri arus searah (DC).
Pada trafo jarak antara konduktor A dengan B harus
dibuat sangat dekat, bahkan kumparan sekunder sering dibuat menyatu dengan
kumparan primer melingkari besi inti. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
transfer daya yang paling maksimum. Berbeda dengan trafo, komunikasi radio
justru menghendaki agar jarak antara konduktor A dan konduktor B itu saling
berjauhan. Konsekuensinya, banyak energi yang hilang di antara kedua konduktor.
Dalam hal ini, daya pancar terpaksa harus dikorbankan, tetapi jarak jangkau
yang makin jauh diperoleh sebagai gantinya.
Gambar prinsip kerja (a) Trafo (b) Radio
Konduktor A yang dialiri arus listrik (yang berubah)
dapat menginduksi konduktor B yang terpisah jauh oleh jarak. Walaupun daya yang
diterima oleh konduktor B sangat lemah, tetapi satu hal yang pasti adalah bahwa
perubahan arus listrik yang dihasilkan oleh konduktor B akan selalu sama dengan
perubahan arus listrik yang terjadi di konduktor A. Ini merupakan satu hal yang
paling penting dalam komunikasi radio, yaitu sinyal yang diterima haruslah sama
dengan yang dipancarkan. Bila tidak, tentu akan terjadi miss communication.
Sementara itu masalah lemahnya sinyal di penerima bisa diatasi dengan cara
misalnya: menambah daya pancar atau menambah gain antena.
Arus listrik yang berubah menghasilkan medan magnit
yang berubah. Medan magnit yang berubah menghasilkan medan listrik yang
berubah. Medan listrik yang berubah menghasilkan medan magnit yang berubah.
Demikian seterusnya hingga medan listrik dan medan magnit itu menyebar kesegala
arah. Fenomena ini sebenarnya adalah sebuah hukum alam yang sederhana. Sama
halnya dengan benda yang dilempar dan kemudian jatuh ke tanah. Demikian pula
dengan listrik-magnit. Bila ada arus listrik yang berubah pasti akan terpancar
gelombang elektromagnetik yang menyebar kesegala arah.
Berdasarkan hukum alam ini maka di satu tempat kita
dapat membuat arus listrik yang berubah (untuk membangkitkan gelombang
elektromagnetik) dan kemudian menangkapnya kembali di tempat lain (perhatikan
ilustrasi pada gambar (b) di atas. Inilah prinsip dasar dari sistem komunikasi
radio. Pemancar mengubah energi listrik menjadi radiasi gelombang
elektromagnetik, sedangkan pesawat penerima mengubah radiasi itu dan
menjadikannya energi listrik kembali.
Membuat arus listrik yang berubah di pemancar sangat
sederhana dan mudah. Yang dibutuhkan hanyalah sebuah osilator. Arus bolak balik
yang dihasilkan osilator lalu dihubungkan ke sebuah konduktor A sebagai antena.
Tujuannya agar konduktor A ini dialiri arus bolak-balik. Akibatnya konduktor A
akan menghasilkan medan magnit yang berubah. Medan magnet yang berubah ini
kemudian akan menghasilkan medan listrik yang berubah, dan medan listrik
berubah akan menghasilkan medan magnet yang berubah, demikian seterusnya hingga
terpancarlah gelombang elektromagnetik yang menyebar ke segala arah. Hingga di
suatu tempat nanti, radiasi gelombang ini menginduksi sebuah antena penerima.
Ketika ditabrak oleh gelombang elektromagnetik maka
antena penerima akan terinduksi (oleh medan magnet yang berubah). Akibatnya
antena akan menghasilkan arus listrik dimana arus listrik ini akan berubah-ubah
sesuai perubahan medan magnit yang diterimanya. Ini berarti antena penerima
berhasil menangkap sinyal yang berasal dari pemancar, dan sinyal yang diterima
itu bentuknya sama persis dengan sinyal osilator yang ada di pemancar.
Sinyal yang diterima itu hanya berupa sinyal
bolak-balik saja, dimana di dalamnya tidak mengandung informasi sama sekali.
Sinyal seperti ini sering disebut dengan sinyal pembawa (carrier). Tanpa
informasi di dalamnya, sistem komunikasi menjadi tidak berarti. Oleh karena itu
harus diupayakan sedemikian rupa agar sinyal pembawa ini harus bisa membawa
informasi. Upaya ini kemudian disebut dengan teknik modulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar