Jumat, 09 Agustus 2013

Kala hati tak merasakan bahagianya malam takbiran





Allahuakbar... allahuakbar....allahuakbar. Gema takbir bersahut-sahutan dari berbagai penjuru. Suara petasan berlomba-lomba memenuhi langit Palembang. Tak hentinya, takbir-takbir yang membesarkan nama Allah dinyayikan atas ungkapan kemenangan. Kemenangan melawan hawa nafsu, kemenangan meningkatkan ibadah, kemenangan dalam menggapai ridha Allah di bulan yang sangat mulia ini.

Aku hanya menatap malam yang gelap di atas kursi rotan tua, di teras lantai dua rumahku. Ada rasa yang berkecamuk di hati ini. Entah apa yang membuatku merasa asing dengan keadaan malam itu. Bukankah harusnya aku bahagia dengan datangnya hari kemenangan umat Islam? Bukankah seharusnya aku bahagia karena Allah masih mengizinkanku bertemu dengan malam Idul Fitri? Ah, aku dibuat bingung dengan perdebatan hati dan pikiranku sendiri.


Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih sering mendirikan shalat malam, dan menghabiskan banyak waktu untuk bermunajat kepadamu, ya Allah?

Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih bersemangat tadarrus Al-Quran setiap hari dengan target yang besar?

Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih sering mendirikan shalat Dhuha dan menghabiskan banyak waktu berzikir di waktu pagi?

Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih mampu menahan hawa nafsu seperti hari-hari di bulan Ramadhan?

Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku akan selalu shalat Shubuh tepat waktu, dan shalat Isya tepat waktu?

Aku sedih karena Ramadhan telah pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku akan terbiasa berpuasa di hari-hari lain, yang bukan dalam bulan Ramadhan?

Aku ini hanyalah seorang anak kecil yang masih labil, yang masih berusaha selalu mendekatkan diri kepada Allah, yang ingin istiqomah dalam ibadah, yang memimpikan menjadi seorang Muslimah sejati yang bermanfaat bagi orang lain. Terkadang aku berpikir apakah yang aku inginkan hanya sebatas angan? Apa mungkin aku bisa istiqomah dalam ibadah, sementara kadang aku masih mood-moodan dalam ibadah, misalnya membaca AL-Quran. Mungkinkah aku bisa menjadi seorang yang bisa menyemangati orang lain dalam beribadah, sementara aku sendiri masih perlu disemangati dalam beribadah.

Ya Allah, tegur aku jika aku lengah.

Ya Allah, sadarkan aku jika aku terlena.

Ya Allah, ingatkan aku ketika aku lupa kepadaMu.

Ya Allah, bangkitkan aku ketika imanku turun.

Ya Allah, tegakkan aku ketika aku malas menegakkan shalat.

Ya Allah, dengungkan hidayah ketika aku malas membaca Al-Quran.

Ya Allah, bukakan mataku untuk bangun di sepertiga malam.

Ya Allah, kuatkan aku untuk menjalankan puasa-puasa sunnah.

Aku benar-benar takut akan kepergian Ramadhan. Aku takut bila tak ada lagi yang membuat aku semangat untuk berlomba-lomba megumpulkan pahala. Bagaimana mungkin seorang anak kecil seperti aku ini bisa membimbing dirinya untuk tetap istiqomah dalam ibadah. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung. Hanya kepadaMu ya Allah, aku mengadu dan aku meminta jaga diri ini selepas Ramadhan sampai bertemu dengan Ramadhan lagi. Aamiin J



Tidak ada komentar:

Posting Komentar