Allahuakbar...
allahuakbar....allahuakbar. Gema takbir bersahut-sahutan dari berbagai penjuru.
Suara petasan berlomba-lomba memenuhi langit Palembang. Tak hentinya,
takbir-takbir yang membesarkan nama Allah dinyayikan atas ungkapan kemenangan.
Kemenangan melawan hawa nafsu, kemenangan meningkatkan ibadah, kemenangan dalam
menggapai ridha Allah di bulan yang sangat mulia ini.
Aku hanya menatap malam yang gelap
di atas kursi rotan tua, di teras lantai dua rumahku. Ada rasa yang berkecamuk
di hati ini. Entah apa yang membuatku merasa asing dengan keadaan malam itu. Bukankah
harusnya aku bahagia dengan datangnya hari kemenangan umat Islam? Bukankah seharusnya
aku bahagia karena Allah masih mengizinkanku bertemu dengan malam Idul Fitri?
Ah, aku dibuat bingung dengan perdebatan hati dan pikiranku sendiri.
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih sering mendirikan shalat malam, dan
menghabiskan banyak waktu untuk bermunajat kepadamu, ya Allah?
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih bersemangat tadarrus Al-Quran setiap
hari dengan target yang besar?
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih sering mendirikan shalat Dhuha
dan menghabiskan banyak waktu berzikir di waktu pagi?
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku masih mampu menahan hawa nafsu seperti
hari-hari di bulan Ramadhan?
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku akan selalu shalat Shubuh tepat waktu,
dan shalat Isya tepat waktu?
Aku sedih karena Ramadhan telah
pergi, apa mungkin setelah Ramadhan aku akan terbiasa berpuasa di hari-hari
lain, yang bukan dalam bulan Ramadhan?
Aku ini hanyalah seorang anak kecil
yang masih labil, yang masih berusaha selalu mendekatkan diri kepada Allah,
yang ingin istiqomah dalam ibadah, yang memimpikan menjadi seorang Muslimah
sejati yang bermanfaat bagi orang lain. Terkadang aku berpikir apakah yang aku
inginkan hanya sebatas angan? Apa mungkin aku bisa istiqomah dalam ibadah,
sementara kadang aku masih mood-moodan dalam ibadah, misalnya membaca AL-Quran.
Mungkinkah aku bisa menjadi seorang yang bisa menyemangati orang lain dalam
beribadah, sementara aku sendiri masih perlu disemangati dalam beribadah.
Ya Allah, tegur aku jika aku
lengah.
Ya Allah, sadarkan aku jika aku
terlena.
Ya Allah, ingatkan aku ketika aku
lupa kepadaMu.
Ya Allah, bangkitkan aku ketika
imanku turun.
Ya Allah, tegakkan aku ketika aku
malas menegakkan shalat.
Ya Allah, dengungkan hidayah ketika
aku malas membaca Al-Quran.
Ya Allah, bukakan mataku untuk
bangun di sepertiga malam.
Ya Allah, kuatkan aku untuk
menjalankan puasa-puasa sunnah.
Aku benar-benar takut akan
kepergian Ramadhan. Aku takut bila tak ada lagi yang membuat aku semangat untuk
berlomba-lomba megumpulkan pahala. Bagaimana mungkin seorang anak kecil seperti
aku ini bisa membimbing dirinya untuk tetap istiqomah dalam ibadah. Sesungguhnya
Engkaulah sebaik-baik pelindung. Hanya kepadaMu ya Allah, aku mengadu dan aku meminta
jaga diri ini selepas Ramadhan sampai bertemu dengan Ramadhan lagi. Aamiin J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar