Jumat, 01 Agustus 2014

Hati, kau masih disini? :')



Untuk hati yang masih disini, 

Maafkan nafsu yang tidak bisa mengendalikanmu, maafkan nafsu yang mengganggu pikiran, maafkan nafsu yang merubah sikap. Hati yang tidak tahu apa-apa diterpa angin yang berlarut-larut. Awalnya memang masih kukuh, tapi kelamaan angin itu makin menggoyahkannya. Sampai akhirnya hati ini benar goyah namun diri tidak menangkap sinyal goyah ini, sial.

Kenapa di saat hati telah goyah, tidak ada hal yang bisa menangkap sinyalnya?
Kenapa untuk menyadari bahwa hati ini goyah pun bahkan tidak ada kesempatan?
Kenapa untuk sekedar menyadari bahwa hati memang goyah pun pikiran menolak?

Duhai hati, masih pantaskah Allah masuk ke dalam shalat, sementara di dalam dirimu penuh oleh perasaan yang mengungkung iman?

Duhai hati, apakah kau percaya bahwa hati yang telah lalai masih dapat berpikir rasional?

Duhai hati, bisakah kau jelaskan penyebab dirimu yang jatuh kini?

Duhai hati, siapakah sebenarnya pemilikmu dan mengapa engkau berkelana ke tempat-tempat lain padahal belum waktunya Allah panggil?






Ukhti fillah, kita adalah wanita. Dan wanita dikaruniakan kemuliaan yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Kau tahu apa yang membuat Rasul tak bisa melupakan Khadijah? Atau Ali yang sangat menjaga perasaannya demi cintanya kepada Fatimah? Lalu apa yang membuat Aisyah dan Hafsah begitu istimewa? Jawabannya satu, karena mereka menjaga kemuliaannya.

Setiap wanita dilengkapi dengan kemuliaan diri. Semakin ia menjaga diri, semakin indah kemuliaannya. Dan tak ada satu hal pun di dunia ini yang bisa menolak untuk kagum pada wanita dengan kemuliaan yang tinggi. Marilah kita jaga izzah (kemuliaan) yang Allah anugerahkan pada kita. Betapa beruntungnya kita, ukhti J



Ya, lalu bagaimana cara menjaga izzah? Mari kita jaga organ tubuh yang berpotensi merusak izzah. Mata, jinakkanlah ia dengan menundukkan pandangan. Lisan, perindahlah ia dengan zikir, atau paling tidak diam dari pembicaraan yang tidak bermanfaat. Hati, usirlah perasaan yang mengganggu istiqomah dengan istighfar dan obati dengan ayat-ayat cintanya Allah. Sikap, minimalkan sikap yang terlalu berlebihan dan cobalah untuk bersikap anggun.

Walaupun kita tidak sebaik Khadijah, Aisyah, Asiyah, dan Fatimah, tapi dengan berusaha menjadi seperti mereka berarti kita telah memiliki kemuliaan yang tangguh. Insya Allah :’) Allah tidak pernah membiarkan hambaNya sendirian di jalan hijrah. Ketika kita tertatih mendekatiNya, Dia menyambut kita dengan tuntunan hangat. Ketika kita berjalan mendekatiNya, Dia berlari menjemput kita. Dan ketika kita berlari menuju ridhaNya, Dia terbang memeluk kita.

Karena kita hari ini adalah ulat bulu yang buruk, tapi selalu ada kepompong untuk mengubah kita menjadi kupu-kupu bersayap indah di hari esok J


Pengagum Aisyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar